Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman yang tinggi, termasuk dari segi budaya. Setiap daerah saja memiliki keragaman bahasa yang tinggi. Hal ini juga berlaku pada seni tari di suatu daerah yang sangat beragam, contohnya dapat dilihat pada provinsi Jawa Tengah. Berikut beberapa tarian adat Jawa Tengah yang banyak dikenal:
-
Tari Serimpi Sangupati
Tari Serimpi merupakan tarian khas Jawa Tengah yang berkembang di lingkungan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Di Keraton Surakarta, Tari Serimpi Sangupati terlahir sejak zaman penjajahan Belanda. Karena tercipta pada masa penjajahan, tarian adat ini bertema perjuangan.
Salah satu ciri khas tarian ini adalah gerakannya yang tegas yang menceritakan dan menggambarkan perjuangan masyarakat sekitar dalam melawan penjajah. Dalam tarian ini, ada bagian yang menceritakan tentang upaya menggagalkan perjanjian antara Indonesia (Keraton Surakarta) dengan Belanda agar tidak melepaskan wilayah pesisir.
Selain memiliki gerakan yang tegas terutama pada upaya menggagalkan perjanjian, Tari Serimpi Sangupati ini memiliki ciri khas lain, yaitu penggunaan properti seperti pistol dalam pementasannya. Busana yang digunakan dalam pertunjukan tarian ini adalah sampir putih yang melambangkan ketulusan dan kesucian penarinya.
Walau menceritakan tentang perjuangan melawan penjajah dengan gerakan yang cenderung tegas, tarian yang lahir di lingkungan Keraton Surakarta ini juga mengisyaratkan kelembutan. Hal ini dapat dilihat dari gerak serta pengiring tarian.
-
Tari Bedhaya Ketawang
Sama seperti Tari Serimpi Sangupati yang lahir di lingkungan Keraton Surakarta, Tari Bedhaya Ketawang juga berasal dari sana. Bedanya, jika Tari Serimpi menggambarkan perjuangan melawan penjajah, maka Tari Bedhaya Ketawang termasuk tarian klasik yang sangat resmi.
Saking resminya, tarian ini hanya ditampilkan pada saat tertentu dalam sebuah pementasan khusus, tepatnya pada saat Penobatan Raja serta Tingalan Dalem Jumenengan atau Hari Peringatan Kenaikan Tahta.
Tarian ini sangat sakral sehingga penarinya harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang sangat ketat. Syarat tersebut antara lain harus gadis suci dan tidak sedang haid. Selain itu, penari Tari Bedhaya Ketawang yang jumlahnya 9 orang juga harus puasa selama beberapa hari sebelum pementasan.
Tarian sakral ini menggambarkan tentang hubungan asmara antara Ratu Kidul dengan Raja-raja Mataram. Semua itu diceritakan dalam gerakan-gerakan tangan serta bagian tubuh yang dengan durasi pementasan yang sangat panjang, yaitu sekitar 1,5 – 2 jam.
Perangkat gamelan yang digunakan untuk mengiringi penari juga merupakan perangkat khusus.
-
Tari Bondan
Jika kedua tarian sebelumnya termasuk tarian yang terlahir di lingkungan keraton, maka Tari Bondan merupakan tarian yang berkembang di lingkungan rakyat. Tarian yang menggambarkan kasih sayang ibu kepada anaknya ini dijadikan tarian wajib bagi perempuan-perempuan di desa karena nilai yang diusungnya.
Tari Bondan ada tiga jenis dengan cerita yang berbeda-beda. Setiap jenis tarian ini mewakili perasaan, keadaan, perjuangan, dan tingkah laku seorang ibu. Jenis-jenis Tari Bondan adalah tari Bondan Mardisiwi, Bondan Cidingo, dan Bondan Pegunungan.
Tari Bondan Mardisiwi menggambarkan tentang suka cita seorang ibu saat kelahiran putranya, sedangkan Bondan Cidongo menggambarkan kesedihan seorang ibu yang kehilangan anaknya selepas melahirkan. Sementara itu, seperti namanya, Bondan Pegunungan menggambarkan tingkah laku perempuan yang ada di desa.
-
Tari Gambyong
Sebagai salah satu tarian tradisional yang berasal dari Jawa Tengah, Tari Gambyong adalah tarian yang dikembangkan dari Tari Tayub. Istilah atau nama Gambyong yang digunakan berasal dari nama penari Tari Tayub. Penari tersebut diundang oleh Sri Sunan Pakubuwana dengan tujuan untuk menciptakan tarian penyambut tamu.
Artinya, Tari Gambyong memang diciptakan untuk menyambut tamu dengan fungsi utamanya sebagai penghibur tamu. Karena fungsi utamanya sebagai sarana hiburan, tema yang diusung pada tarian tradisional ini adalah tentang kegembiraan.
Meski begitu, ada juga yang berpendapat bahwa Tari Gambyong dulunya merupakan tarian rakyat untuk sarana ritual upacara pertanian, tepatnya untuk kesuburan padi.
Sebagai salah satu tarian yang berkembang di daerah Surakarta, Tari Gambyong juga memiliki ciri khas tarian yang berkembang di daerah tersebut, yaitu diawali dengan Gendhing Pangkur.
Daya tarik Tari Gambyong salah satunya adalah keharmonisan yang ditunjukkan antara pengiring dengan gerak tari. Selain itu, keindahan Tari Gambyong semakin bertambah dengan penggunaan kostum serta riasan penarinya yang anggun.
-
Tari Gambir Anom
Tarian yang berkembang di suatu daerah termasuk Jawa Tengah tidak melulu mengusung tema yang berat. Ada juga jenis tarian dengan tema yang ringan seperti Tari Gambir Anom yang bertemakan percintaan.
Namun, meski bertemakan percintaan, tarian ini tidak menggambarkan kisah cinta yang rumit, melainkan kebiasaan seseorang yang tengah jatuh cinta. Misalnya suka berdandan.
Dalam tarian ini, gerakan-gerakan yang menggambarkan kebiasaan tersebut dapat dilihat, seperti gerakan seolah sedang berias atau berbedak, mengatur rambut dan alis, sampai mengatur pakaian. Ada juga gerakan seperti sedang bercermin dan berjalan mondar-mandir seolah sedang ada di hadapan pujaan hati.
Kisah yang digambarkan dalam tarian Gambir Anom ini adalah petualangan cinta Irawan putra Arjuna atau gambir Anom.
-
Tari Beksan Wireng
Tari Beksan Wireng adalah satu di antara banyaknya jenis tarian tradisional lain yang ada di Jawa Tengah. Tarian ini disebutkan sudah ada sejak abad ke-11 sehingga usianya pun sudah sangat tua. Tarian Beksan Wireng atau yang juga disebut Tari Wireng ini berasal dari Keraton Jawa, di Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Tarian ini bertemakan perang, tujuannya agar prajurit istana dapat bersikap tangkas dalam keprajuritan dan latihan perang. Tarian Beksan Wireng ini biasanya melibatkan dua orang penari yang menggunakan kostum seperti prajurit.
Karena merupakan tarian yang berkembang di istana, tarian ini memiliki banyak sekali variasi dan sangat beragam. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar periode pemerintahan ikut berperan menciptakan variasi tarian tersendiri.
Meski begitu, jika dilihat dari struktur penyajiannya, pementasan Tari Beksan Wireng ini polanya hampir sama.
-
Tari Dolalak
Tari Dolalak merupakan tarian adat yang berasal dari Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. tarian ini berkembang pada masa gejolak peperangan Aceh pada zaman penjajahan Belanda yang kemudian meluas.
Jika biasanya tarian tradisional menggambarkan tentang penduduk lokal, tarian yang satu ini justru sangat berbeda di mana pihak yang digambarkan dalam tarian ini adalah prajurit Belanda. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari kostum yang digunakan dalam pertunjukan Tarian Dolalak.
Tarian ini dipentaskan oleh beberaoa orang penari yang menggunakan kostum menyerupai serdadu Belanda atau Perancis di masa lalu. Dalam pementasannya, gerakan penari diiringi bunyi alat musik seperti rebana, kentrung, kecer, dan kendang. Tari Dolalak disebut-sebut sebagai akar dari tari Angguk.
-
Bambangan Cakil
Tari klasik dari Jawa Tengah yang lain adalah Tari Bambangan Cakil, yaitu tarian adat yang menekankan pada gaya tari Surakarta. Hal yang diceritakan dan digambarkan dalam tarian ini adalah peperangan antara kebaikan dan kebatilan di mana cerita pada tarian ini diambil dari adegan Perang Kembang di bagian Pathet Sanga di Wayang Kulit.
Lebih detailnya, tarian ini menampilkan perseteruan antara kesatria dengan raksasa. Tarian ini mengandung pesan penting bahwa kejahatan akan kalah dari kebaikan. Dalam pementasannya, Tari Bambangan Cakil ini diiringi beberapa alat musik tradisional yaitu gending Srepegan, Landrang Cluntang Sampak Laras Slendro.
-
Tari Lengger
Tari Lengger atau Topeng Lengger merupakan salah satu tari tradisional dari Jawa Tengah yang telah diperkenalkan selama lebih dari satu abad. Ini karena tari tradisional tersebut diciptakan pada tahun 1910 oleh tokoh kesenian dari Desa Kecis, Selomerto, yaitu Gondhowinangun.
Tari Lengger diciptakan di Di Dusun Giyanti yang ada di daerah Wonosobo. Tarian yang dipentaskan dengan diiringi angklung bernada Jawa ini menggambarkan kisah Dewi Candra Kirana saat mencari calon suaminya yaitu Panji Asmorobangun. Artinya, tarian ini berbeda dari Tari Lengger yang berasal dari Banyumas.
Ada suatu adegan yang khas dalam tarian ini, yaitu adegan saat Galuh Candra Kirana diganggu raksasa bertopeng. Puncak dari adegan tersebut adalah penari masuk dalam keadaan tidak sadarkan diri atau kerasukan dan akan mengejar penonton yang menggunakan pakaian warna merah.
Oleh karena itulah saat menonton tari tradisional ini penonton dianjurkan untuk tidak menggunakan pakaian warna merah. Tarian ini termasuk tari berpasangan karena ada penari yang memerankan pria bertopeng, dan ada juga penari yang memerankan Galuh Candra Kirana.
Karena adegan inilah tarian ini termasuk tarian sakral di daerah asalnya. Sebelum dilakukan pertunjukkan, yaitu pada saat pembukaan, ada pawang yang akan melakukan ritual khusus serta menentukan berapa banyak topeng yang akan digunakan dalam tarian tersebut.
-
Tari Prawiroguno
Seperti Surakarta yang memiliki Tari Serimpi Sangupati yang menceritakan tentang perjuangan melawan penjajah, Boyolali juga memiliki Tari Prawiroguno yang juga terispirasi dari perjuangan rakyat saat melawan penjajah. Namun, Tari Prawiroguno ini menceritakan momen saat para menjajah hampir mengalami kekalahan.
Jika dilihat dari tema serta penyajiannya, tarian ini termasuk dalam tari peperangan. Hal ini dapat dilihat dari gerakan dan properti yang digunakan penari. Mereka membawa pedang serta tameng sambil berlenggak-lenggok seperti sedang bersiap menyerang lawan.
Penari yang membawakan Tari Prawiroguno ini harus memenuhi 3 kriteria penting, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga artinya gerak seluruh anggota badan saat membawakan tarian ini harus selaras, sedangkan wirama berarti penari harus mampu memenuhi aspek tari yang berkaitan dengan iringan atau irama.
Wirasa berkaitan dengan penghayatan terhadap tarian sehingga penari Tarian Prawiroguno harus menghayati saat mementaskan tarian ini.
Selain kesepuluh tarian di atas, sebenarnya masih banyak lagi tarian tradisional Jawa Tengah, misalnya Lengger Banyumasan. Jika Tari Lengger Wonosobo bertemakan asmara, maka Lengger Banyumasan merujuk pada lengger lanang yang penarinya merupakan kaum laki-laki yang didandani seperti perempuan.
Ada banyak sekali tarian adat Jawa Tengah yang tercipta. Hal ini menunjukkan betapa kayanya budaya di Indonesia. Bagi Anda yang ingin tahu lebih banyak tentang budaya, https://www.quinbatik.com/ adalah tempat yang tepat karena alamat website tersebut menyediakan beragam informasi tentang kebudayaan.
Websitehttps://www.quinbatik.com/ juga menyediakan beragam informasi lainnya.